Orang Suci Pohon Kelapa: Representasi Kondisi Sosial
- Rio Tirtayasa
- Dec 30, 2019
- 4 min read

Judul Buku: Orang Suci, Pohon Kelapa
Pengarang: Choi Jun
Penerjemah: Kim Young Soo & Nenden Lilis. A
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Tebal: 123 + vii halaman
Tahun: 2019
Tahun 2019 Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) menerbitkan sebuah kumpulan sajak yang ditulis oleh Choi Jun. Ia adalah penyair asal Korea yang bukunya saat ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahnya adalah Kim Young Soo dan Nenden Lilis A. dosen Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI. Buku yang terbitkan berjudul Orang Suci, Pohon Kelapa.
Choi Jun sendiri adalah penyair Korea kelahiran tahun 1963 di Kabupaten Jeomgseon, Provinsi Gangwon, Korea. Sebelumnya, ia mulai menuliskan sajak-sajak dalam perkuliahannya di Universitas Kyung Hee dengan jurusan Bahasa dan Kesustraan Korea. Ia juga pernah memenangi sayembara mengarang pyang diadakan tahun 1995 oleh Harian Joong Ang. Sebelumnya juga ia menerima penghargaan dari Sastra Bulanan Korea pada tahun 1984 sebagai penyair baru.
Sebelum diterbitkan di Indonesia, kumpulan sajak Orang Suci, Pohon Kelapa ini pernah diterbitkan di Korea pada tahun 2007 dengan bantuan dana dari Art Council Korea. Sajak-sajak ini lahir setelah Choi Jun tinggal selama lima tahun di Indonesia, tepatnya antara tahun 2000-2005. Kumpulan sajak yang ada di dalam buku ini memperlihatnya bagaimana Choi Jun yang notabenenya orang luar negeri melihat Indonesia. Terlepas dari segala hal, sajak-sajak di buku ini menceritakan lebih kepada pengalaman Choi Jun saat tinggal Indonesia.
Penerjemah dalam buku adalah Kim Young Soo yang dahulu menyelesaikan kuliah di jurusan Bahasa Malay-Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) dan ia juga selesai kuliah dia S2 jurusan Kesustraan Indonesia di HUFS. Terakhir, ia menyelesaikan S3 jurusan Comparative Literature, HUFS. Belum lama ini Kim Young Soo mendapatkan penghargaan sebagai penyair baru dari Changjak 21. Kim Young juga pernah meneliti kesustraan Indonesia dengan judul “A Study on Chairil Anwar’s Poems with the Postcolonialistic View”.
Nenden Lilis A. adalah penerjemah kedua dalam buku Choi Jung yang berjudul Orang Suci, Pohon Kelapa ini. Ia sendiri adalah dosen Departemen pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UPI. Ia aktif menulis puisi mulai di bangku perkuliahan dan puisi-puisinya sudah banyak yang diterbitkan di koran maupun dibukukan. Buku-bukunya antara lain berjudul Ruang Belakang dan Negeri Sihir. Sebelum menerjemahkan buku Choi Jun ini, ia pernah menerjemahkan buku penyair asal korea lain, yaitu Yun Dong Ju. Nenden sendiri adalah pendiri dari Komunitas Sastra Dewi Sartika. Ia juga dianugrahi sastrawan angkatan 2000.
Sajak-sajak dalam buku Orang Suci Pohon Kelapa ini seperti sajak-sajak pada keumumannya. Menceritakan tentang Indonesia terlebih dari pengalaman seorang pengarang yang hidup dalam lingkungan yang ia ceritakan. Namun salah satu yang menarik dalam buku ini adalah subjektif dari penyair Choi Jun. Ia sebagai orang Korea dengan berbeda budaya dengan Indonesia. Namun, ia melihat sebuah sisi yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Perbedaan budaya yang membuatnya menarik ketika membaca sajak-sajak dala buku Bagaimana tidak, sebagian orang Indonesia pun masih banyak yang belum memperhartikan budayanya sendiri. Sedangkan Choi Jun dengan lugas menceritakan budaya Indonesia. Buku ini juga bisa membuat sebuah kritik bagi orang-orang Indonesia yang mungkin sampai saat ini masih belum mengenal dekat budaya sendiri.
Dalam sajak “Pisang di Pulau Jawa” adalah contoh bagamaina sebuah pohon dengan buah yang sering dikonsumsi oleh Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia, pohon pisang hanyalah pohon biasa yang ada di setiap belahan Indonesia. Namun, Choi Jun melihat pohon pisang sebagai hal yang luar biasa. Ia mempresentasikan pohon pisang sebagai perempuan. Pohon pisang ia maksud adalah perempuan yang mampu tetap tegar meski hanya sendiri dan ia masih bisa membesarkan anak-anaknya. Sudut pandang ini yang seharusnya masyarakat Indonesia harus lebih banyak belajar dari sekitarnya.
Bukan hanya itu, setiap sajak-sajaknya pun menggambarkan setiap hal kecil yang tidak disadari oleh masyarakat Indonesia. Choi Jun, melihat kondisi sosial di Indonesia lalu ia menggambarkan dengan cara disamakan dengan hal sekitar yang dekat dengan masyarakat. Seperti pohon pisang, pohon kelapa, dan pohon pepaya atau yang lainnya. Ia juga sedikit mengiritik dan menjelaskan nilai sosial dan kemanusiaan di dalam buku kumpulan sajaknya ini.
Dalam buku kumpulan sajak Orang Suci, Pohon Kelapa karya Choi Jun ini lebih banyak kritik dalam kehidupan di Indonesia ini. Choi Jun, selama tinggal di Indonesia melihat perbedaan dengan negerinya di sana. Semisal pada judul sajak “Ladang Garam Burung Cendrawasih” menggambarkan bagaimana Choi Jun melihat kondisi buruh-buruh yang ada di Indonesia dengan kaca mata kepedihan. Ia melihat ironi masyarakat yang setiap hari bekerja keras hanya untuk sesuap nasi dan itu pun masih kurang untuk kehidupan sehari-harinya. Choi Jun melihat sistem upah di Indonesia yang sangat di bawah angka layak hidup. Hal tersebut yang ingin ia sampaikan kepada masyarakat Indonesia dan juga masyarakat Korea yang membaca sajak-sajak dalam buku Orang Suci, Pohon Kelapa karyanya tersebut.
Sastra adalah adalah gambaran sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Hal ini benar adanya ketika Anda membaca karya Orang Suci, Pohon Kelapa karya Choi Jun ini. Ia menggambarkan kondisi masyarakat dengan mata kepalanya sendiri. Hal tersebut adalah kelebihan dari buku ini. Buku terbitan KPG Oktober 2019 dengan ISBN 978-602-481-252-2 dan terdapat 61 sajak ini seperti membawa Anda ke tengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami nasib buruk. Anda juga seperti merasakan hal yang sedang terjadi di masyarakat itu. Choi Jun akan membuat Anda melihat apa yang ia lihat dan rasakan. Dikutip dari Literat.my.id, Choi Jun sendiri mengatakan bahwa sastra Indonesia selalu berbicara tentang hati.
“Abadikan momen dengan puisi.” —Choi, Jun
Comments